Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Covid 19 saat ini mempengaruhi situasi sosial dan ekonomi semua negara di dunia. Karena itu, butuh respon kebijakan yang cepat sekaligus tepat untuk menanganinya, sekaligus mencegah agar dampak dari pandemi tidak meluas. Hal tersebut dia sampaikan saat menjadi satu diantara panelis dalam acara “Governors’ Seminar: Developing Asia Beyond the Pandemic”, rangkaian dari Pertemuan Tahunan Asian Development Bank (ADB) yang ke 53, secara virtual pada Jumat malam.
“Covid 19 sudah mengontraksi ekonomi pada kuartal kedua sebesar 5,3 persen, ini merupakan kontraksi pertama dan terdalam sejak krisis 1998 saat terjadi krisis finansial. Anda tidak dapat memulihkan ekonomi kecuali Anda menangani masalah Covid," ujar Sri Mulyani. Jadi, kata dia, pemerintah merancang perubahan kebijakan pada tahun 2020 pada waktu yang sangat sulit ini dengan menangani melalui perubahan pada dukungan fiskal secara extraordinary. Sri Mulyani menjelaskan, bahwa untuk pertama kalinya sejak 1998, Indonesia melakukan perubahan pada kebijakan defisit pada APBN menjadi lebih besar dari 3 persen.
Menurutnya, terpenting dari perubahan defisit anggaran ini adalah untuk membiayai program kesehatan agar pemerintah dapat melakukan pelacakan, pengujian, dan perawatan dalam upaya penanganan Covid 19. "Selain itu, untuk menyediakan jaring pengaman sosial bagi masyarakat," kata Sri Mulyani. Dia melanjutkan, situasi ekonomi yang saat ini sedang dihadapi sangat berbeda dengan situasi krisis finansial di Asia atau global beberapa waktu lalu yang hanya berpangkal dari masalah finansial.
Situasi yang ada saat ini dinilai lebih kompleks, dimana ada penyebaran virus yang langsung menyerang ke masyarakat, dan berakibat pada terganggunya aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat. "Itu alasannya kenapa pemerintah Indonesia memperluas jaring pengaman sosial. Kami memperluas program jaring pengaman sosial untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat, serta juga untuk menstimulus sisi permintaan, itu bisa mengurangi kontraksi ekonomi,” pungkasnya.